Laws of UX : Postel’s Law

Fitri Eka Cahyanti
6 min readJul 16, 2020

--

Sebelumnya perkenalkan saya Fitri Eka Cahyanti dalam artikel ini saya akan membahas tentang salah satu Laws of UX. Dalam Laws of UX terdapat 20 law yang sering digunakan dalam UX, salah satunya adalah Postel’s Law. Postel’s Law juga dikenal dengan nama Robustness Principle. Bunyi dari Postel’s Law :

Be liberal in what you accept, and conservative in what you send.

Secara dasarnya “Be liberal in what you concept” yang artinya kita harus memberikan kebebasan dengan sesuatu yang telah kita buat. Kita harus memebebaskan user memberikan input pada sistem yang telah kita bangun.

Lalu apa output yang didapat oleh user? ingat tentang kata selanjutnya “Conservative in what you send” jadi kita harus conservative dengan system guidelines, principles, design patterns dan lainya. Informasi yang diberikan kepada user harus jelas, dapat dimengerti dan dapat membantu mengarahkan user untuk melakukan action selanjutnya.

Secara simpel nya kita harus menjadi liberal pada apa yang kita buat dan kita harus konservatif dengan apa yang kita delivery kepada user. Dimana kita harus open mind, fleksibel, empati dan toleran dengan apa yang user alami. Seperti saat user melakukan sesuatu pada sebuah aplikasi maupun barang maka user harus mendapatkan umpan balik dari apa yang telah dilakukan oleh user.

Kapan penggunaan Postel’s Law?

Postel’s Law dapat diterapkan pada setiap pembuatan produk karena kita perlu memberikan informasi mengenai apa saja kemungkinan yang akan dialami selama penggunaan produk tersebut.

Apa perbedaan penggunaan Postel’s Law ?

Beberapa contoh aplikasi yang telah dan belum menerapkan Postel’s Law, disini saya mengambil contoh website Elizabeth dan Tokopedia. Website Elizabeth adalah salah satu contoh website yang belum mengadaptasi Postel’s Law sedangkan Tokopedia adalah salah satu contoh website yang telah mengadaptasi Postel’s Law.

Website Elizabeth

Elizabeth (tampilan sebelum item dihapus)
Elizabeth (Tampilan setelah item dihapus)

Website Tokopedia

Tokopedia (item sebelum dihapus)
Tokopedia (pop up confirmation message)
Tokopedia (Setelah item dihapus)

Ada beberapa aplikasi atau website yang sudah dan belum menerapkan perinsip UX Law yaitu Postel’s Law. Disini saya mengambil contoh halaman Shopping Cart pada website Elizabeth dan Tokopedia. Pertama saya akan membahas terlebih dahulu Shopping Cart pada website Elizabeth, dihalaman ini terdapat opsi menghapus item yang telah dipilih dengan mengklik icon delete.

Karena letak icon delete ini berdampingan dengan icon edit, akan ada kemungkinan ketika user ingin mengedit item yang dipilih tetapi tidak sengaja mengklik icon delete.

Ternyata user tidak diberikan opsi untuk mengkonfirmasi aksi yang telah dilakukan sebelumnya atau user tidak diberikan opsi untuk melakukan undo pada proses ini, bisa saja user salah klik dan ingin menggembalikan produk yang telah dihapusnya tadi. Namun karena tidak adanya konfirmasi ketika user tidak sengaja menghapus item yang telah dipilih, akhirnya user terpaksa untuk mengulangi kembali langkah-langkah untuk memilih item dari awal.

Mari kita bandingkan dengan website Tokopedia, pada halaman Shopping Cart terdapat icon delete untuk menghapus dan icon love untuk menambahkan ke wishlist . Nah pada halaman ini akan ada kemungkinan juga ketika user ingin mengklik icon love tetapi tidak sengaja mengklik icon delete. Namun ketika user salah klik icon delete system Tokopedia memberikan umpan balik apa yang akan terjadi jika user melakukan aksi tersebut dalam bentuk pop up confirmation message. Apabila user tidak sengaja mengklik maka user diberikan kebebasan untuk mengklik opsi “hapus barang” jika benar-benar ingin menghapus atau opsi “batal ”. Jika pada hal ini jika user tidak sengaja mengklik icon delete user dapat mengklik “batal”.

Berbeda dengan website Elizabeth yang tidak memberikan umpan balik dan kebebasan user untuk memilih ketika user tidak sengaja mengklik icon delete. Berbeda dengan website Elizabeth walaupun user tidak sengaja mengklik icon delete karena tidak terdapat umpan balik tersebut produk yang dipilih akan tetap otomatis terhapus.

Nah sekarang apakah anda sudah mendapatkan gambaran tentang bagaimana manfaat penerapan Postel’s Law pada halaman website ? Jika belum saya akan memberikan contoh lainnya, kali ini saya akan mengambil contoh aplikasi yang sering digunakan untuk mencari lokasi yaitu Google Maps. Hampir semua orang pernah menggunakan Google Maps. Langsung saja ke aplikasi Google Maps.

Dari aplikasi Google Maps ini user dapat merasakan penerapan Postel’s Law. Case kali ini adalah ketika kita pergi ke suatu daerah, tentu saja akan ada banyak jalan untuk menuju daerah tersebut, Google Maps akan mengarahkan kita untuk melalui jalan dengan waktu tempuh paling cepat. Ada kemungkinan saat kita menggunakan saran jalan dari Google Maps dan ternyata kita salah mengambil jalur maka Google Maps akan memberikan umpan balik berupa opsi jalan lain atau opsi mengarahkan kita ke jalan yang benar untuk menuju ke daerah yang ingin kita tuju. Pada hal ini Google maps memberikan kebebasan kepada user terkait aksi yang telah dilakukan berupa opsi mana yang akan dipilih oleh user.

Dari penjelasan contoh diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan Postel’s Law adalah bagaimana kita harus memberikan kebebasan kepada user dengan produk yang telah kita buat. Namun kebebasan ini juga kita harus mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan aksi lain yang akan dilakukan oleh user serta memberikan informasi terkait tentang aksi yang dilakukan. Informasi ini harus simple dan mudah dipahami oleh user. Hal ini sesuai dengan prinsip open mind, fleksibel, empaty dan toleran terhadap apapun kemungkinan yang akan dilakukan oleh user. Sehingga user dapat merasakan pengalaman yang lebih menyenangkan pada saat menggunakan produk tersebut.

Postel’s Law ini juga sebenarnya mirip dengan bentuk dari Heuristic Evaluation.

The system should always keep users informed about what is going on, through appropriate feedback within reasonable time. — Visibility of system status

Users often choose system functions by mistake and will need a clearly marked “emergency exit” to leave the unwanted state without having to go through an extended dialogue. Support undo and redo. — User Control and Freedom

Untuk mengetahui tentang Heuristic Evaluation dapat dibaca juga di https://www.nngroup.com/articles/ten-usability-heuristics/

Sedangkan untuk mengetahui Laws of UX lainya dapat juga dibaca di https://lawsofux.com/

Sekian Artikel mengenai salah satu Laws of UX yaitu Postel’s Law. Saya harap anda dapat memberikan komentar atau saran, karena komentar dan saran yang anda berikan akan sangat membantu saya dalam mengembangkan ilmu saya. Jika anda ingin berdiskusi mengenai Postel’s Law lebih lanjut anda dapat menghubungi saya melalui Linkedln atau Email. Terimakasih :)

--

--